Rabu, 10 Oktober 2012

MUDIK, SILATURRAHMI DAN SIKAP SOSIAL


Oleh : Akmal Nur

            Setelah hampir sebulan lamanya ummat Islam melaksanakan ibadah puasa, kini tinggal menghitung hari lagi untuk menghampiri hari kemenangan yaitu hari raya Idul fitri. Sebahagian ummat Islam merayakannya di tempat dimana mereka menetap, dan sebahagian lagi memilih untuk merayakannya di tempat saudara atau tempat kelahirannya. Bagi mereka yang berada jauh dari tempat kelahirannya maka hari libur dijadikan suatu kesempatan untuk pulang kampung. Peristiwa ini sering diistilahkan sebagai mudik lebaran.
            Mudik lebaran adalah fenomena masyarakat yang sudah menjadi tradisi/budaya pada  tiap tahunnya di Negara ini. Setiap menjelang libur lebaran sebahagian masyarakat yang jauh menyempatkan diri kembali kekampung halamannya untuk merayakan hari lebaran bersama orang tua, saudara atau teman kecil dimasa lalu, walaupun dengan konskwensi harus berdesak-desakan diatas transportasi. Bagi mereka yang mudik dengan kendaraan sendiri tidak pernah sedikitpun merasa takut walaupun tingginya frekuensi kecelakaan lalu lintas pada saat menjelang lebaran. Hal ini karena padatnya kendaraan serta masih banyaknya jalan yang belum memenuhi syarat untuk dilalui.
Adapun yang mudik dengan menumpang kendaraan umum seperti kereta api, bis dan transportasi laut/ udara tidaklah juga menyurutkan semangatnya untuk lebaran dikampung walaupun sudah menjadi kebiasaan para pemilik transportasi menaikkan harga yang setinggi-tingginya belum lagi ditambah dengan harus berdesak- desakan dengan penumpang lain.
            Inilah tradisi mudik yang sepertinya tidak mengenal strata sosial. Baik kaya -miskin, majikan - pembantu, atasan – bawahan semuanya berusaha untuk kembali kekampungnya merayakan hari besar Idul fitri. Perbedaannya hanya terdapat pada bagaimana cara mereka sampai ketujuan dengan resiko yang berbeda-beda pula, tetapi semuanya memiliki satu tujuan yang sama yaitu bagaimana bisa merayakan hari raya besar tersebut bersama kerabat dan saudara-saudara dikampung.
            Tradisi mudik juga seakan tidak mengenal jarak dimana pemudik berada dengan daerah atau kampung halamannya. Diberbagai media akhir-akhir ini kita dapat melihat bahwa mudik lebaran bukan hanya terjadi antar daerah ditanah air tapi juga kita menyaksikan bagaimana warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri juga berdatangan untuk merayakan hari raya di tanah kelahirannya. Hal ini seakan mengidentikkan bahwa mudik adalah sebuah perjalanan yang tidak selalu mempertimbangkan seberapa jauh dan seberapa besar dana yang harus dikeluarkan.
            Diantara banyak alasan seseorang melaksanakan mudik lebaran, alasan yang paling kuat dan sering di ungkapkan oleh pemudik adalah adanya keinginan untuk menjalin silahturrahmi dan silaturrahim dengan kerabat dan saudara-saudara di kampung. Tidak lengkap rasanya ketika hari raya lebaran dilaksanakan tampa kedekatan dengan keluarga dan sahabat di tanah kelahiran. Begitu mulianya tujuan mudik ini sehingga tradisi ini harus tetap dilestarikan dan menjadi kebanggaan ummat Islam di Negara kita ini.



Silaturrahmi

            Mudik adalah ajang silaturrahmi. Silaturrahmi merupakan ajaran islam yang sarat mengandung makna dan nilai. Silaturrahmi secara sederhana dapat di defenisikan sebagai shilah yang artinya hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-rahm yang berasal dari kata rahima-yarhamu-rahmatan yang berarti kasih sayang. Jadi silaturrahmi adalah hubungan yang dilandasi dengan kasih sayang dalam kebaikan. Orang yang bersilaturrahmi adalah orang yang menjaga dan menjalin hubungannya dengan sesama mahluk di muka bumi ini dengan penuh kasihsayang. Hubungan ini harus selalu dijalin dan dijaga dengan tidak mengenal ruang dan waktu. Bahkan dengan orang yang telah meninggal sekalipun dengan berziarah.
            Menjalin dan menjaga silaturrahmi dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan baik kepada keluarga maupun orang lain dan bahkan mahluk-mahluk ciptaan tuhan lainnya. Maka melalui momen hari raya ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk berkunjung ketempat kelahiran kita (mudik) demi menjaga dan menjalin silaturrahmi/silaturrahim. Ini hanyalah momen yang pada hari-hari yang lain tidak dapat dilakukan karna kesibukan dunia masing-masing
            Sebagaimana tujuan utama mudik adalah silahturrahmi dengan keluarga dan kerabat dikampung, maka apa yang menjadi tradisi dan fenomena mudik merupakan salah satu tindakan yang berdampak positif untuk perkembangan dan dinamika bersosial ummat muslim di negeri ini. Walaupun selama ini arus modernisme yang membawa pola hidup yang individualis yaitu suatu pola hidup yang cendrum mementingkan diri sendiri dan mengabaikan yang lain menerpa tatanan masyarakat kita. Akan tetapi dengan masih adanya sebahagian masyarakat yang melaksanakan mudik seakan terpaan tersebut belumlah mengubah secara total pola kehidupan sosial masyarakat.
            Indikator perubahan pola tersebut dari tahun ke tahun memang sedikit demi sedikit mulai terlihat dimasyarakat khususnya di daerah perkotaan. Kehidupan bersosial seperti tolong menolong, gotong royong, kerjasama antarwarga serta sikap sosial lainnya sudah mulai ditinggalkan menuju kehidupan yang individualistik. Suatu sikap dimana kepentingan pribadi menjadi keutamaan dibandingkan dengan kepentingan sosial lain. Sikap ini muncul karena pola pikir masyarakat yang lebih mengagungkan materi secara berlebihan.
            Oleh karena itu dengan adanya mudik yang sarat mengandung makna seperti silaturahmi dalam segala hal untuk tujuan bersesama, memberikan tanda bahwa sifat sosial dimasyarakat masih ada dan sangat perlu dilestarikan. Hubungan-hubungan itu perlu terus terjalin dan diperluas agar nantinya menumbuhkan sikap sosial untuk saling membantu dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
            Mudik hanyalah salahsatu cara atau momen untuk melaksanakan silaturrahmi akan tetapi tradisi ini harus terus mengilhami dan menjadi momentum awal untuk memperbanyak silaturrahmi di kehidupan sehari-hari seperti bulan puasa ini yang hanya menjadi momen awal sebagai cassis dalam meningkatkan ibadah kita pada hari-hari yang lain. Oleh sebab itu dapat penulis katakan bahwa salahsatu cara untuk membendung pola kehidupan individualis adalah dengan memperbanyak silaturrahmi yang salahsatunya pada momentum hari raya ini dengan melaksanakan mudik. Selamat mudik dan hari raya idul fitri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar