Rabu, 28 Desember 2011

REAKTUALISASI PERAN PEMUDA

(Catatan Refleksi Hari Sumpah Pemuda)

Oleh : Akmal Nur

Tepat 28 Oktober 1928 beberapa perhimpunan pemuda Indonesia mendeklarasikan diri untuk satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa yaitu Indonesia. Inilah titik awal munculnya sebuah kesadaran kolektif untuk membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebuah gerakan pemuda yang sebenarnya telah diawali dari gerakan-gerakan sebelumnya melalui pendirian berbagai organisasi kepemudaan seperti Budi utomo, Tri Koro Dhormo, Jong Sumatra bond, perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia, Jong Indonesia, serta organisasi kedaraehan lainnya yang masih bersifat lokal.

Sejarah perubahan sosial bangsa ini memang tidak bisa di lepaskan dari peran kaum muda. Dapat dilihat dari kebangkitan pertama pada tahun 1908 dengan berdirinya budi otomo. Para pemuda pada saat itu memiliki semangat yang tinggi bahwa gerakan untuk melepaskan diri dari penjajahan harus melalui cara yang terorganisir yang bebas dari berbagai perbedaan wilayah, suku, ras dan agama. Semangat tersebut terwujud kemudian dalam satu ikrar sumpah pemuda untuk bersatu menjadi ‘Indonesia’ dalam rapat pemuda pada tahun 1928.

Peran pemuda kembali juga dapat dilihat dari gagasan dan kreatornya dalam mengimplentasikan sumpah pemuda pada proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan adanya proklamasi telah resmi memiliki kedaulatan sendiri dan bangsa Indonesia yang dulunya terpecah-pecah dalam suatu batas wilayah kerajaan kini menjadi kesatuan dalam satu pemerintahan Republik Indonesia.

Pemuda kembali menorehkan sejarah dalam perjalanan bangsa ini ketika terjadi krisis politik di tahun 1966, maka pemuda bangkit melakukan perlawanan. Para aktivis organisasi kemahasiswaan, seperti GMNI, PMII, HMI, PMKRI, GMKI dan segenap elemen mahasiswa melakukan tiga tuntutan rakyat (Tritura). Tritura ini menjadi salah satu power pressure peralihan masa dari orde lama menjadi orde baru.

Kekuasaan Orde Baru yang tiran kembali mengundang gerakan pemuda/mahasiswa melakukan gerakan turun kejalan atau demonstrasi besar-besaran yang memaksa kekuasaan orde baru ditangan Suharto harus berakhir pada tahun 1998. Dengan tumbangnya orde baru maka di mulailah era reformasi sampai sekarang ini. Dari gerakan inilah kembali dapat di buktikan bahwa perubahan sosial dapat dilakukan dari kelompok pemuda atau mahasiswa.

Dari kilasan sejarah diatas, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peran pemuda terhadap perubahan bangsa ini sangatlah besar. Pemuda masih menjadi ujung tombak sebagai agen pembaharu, kontrol sosial serta idealisasi gagasan kebangsaan perjalanan bangsa ini. Dalam konteks kekinian ketiga peran tersebut harus ditanamkan pada diri setiap pemuda Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan proses demokratisasi bangsa ini menuju tujuan negara yaitu masyarakat adil dan makmur..

Kedepan nasib bangsa ini kembali akan ditentukan oleh kaum muda, benarkah para pemuda bangsa ini masih mengambil peran tersebut atau sebaliknya pemuda bangsa ini telah kehilangan identitasnya dan malahan menjadi batu kerikil dari laju perubahan. Persoalan bangsa dari warisan orde baru semakin hari semakin rumit. Cita-cita proklamasi kemerdekaan yang adil, makmur dan sejahtera masih jauh dari harapan, krisis multidimensi yang menghinggapi bangsa ini tidak kunjung usai, mulai dari krisis kepercayaan, krisis moral, krisis kemanuasian sampai pada krisis politik.

Peran Pemuda

Salasatu tujuan dari adanya sumpah pemuda adalah adanya semangat untuk bersatu dalam suatu kedaulatan NKRI. Hal tersebut diwujudkan dalam proklamasi kemerdekaan dengan tujuan utama selain terbebas dari penjajaan juga adalah keinginan untuk bersama menikmati kemerdekaan ini secara adil, makmur dan sejahtera. Akan tetapi jika secara faktual tujuan tersebut masih jauh dari harapan maka di butuhkan sebuah power pressure untuk mengarahkan kembali atau mungkin mempercepat tercapainya tujuan tersebut.

Dalam konteks bangsa yang memiliki krisis multidimensi atau atau boleh dikatakan sekarat saat ini, maka peran pemuda sangat diharapkan selain karena kekuatannya yang dibuktikan dalam sejarah maupun intelektual yang dimiliki juga karena pemuda memiliki semangat idealitas yang tinggi. Paling tidak terdapat dua catatan penulis terkait peran pemuda saat ini pertama mempersiapkan diri untuk mengisi kemerdekaan. Hal yang perlu dilakukan adalah membekali diri ilmu pengetahuan dan teknologi serta tata moral yang baik, agar dapat menjawab persoalan-persoalan masyarakat sesuai dengan profesi yang dimiliki nantinya.

Masyarakat sudah terlalu lama merindukan sesorang yang dapat membantu menjawab permasalahan sosial yang terjadi selama ini. Sudah cukup bangsa ini dipertontongkan sosok pemuda yang menjadi tokoh perubahan pada zamannya, tetapi saat diberikan kewenangan strategis justru melakukan pembodohan terhadap masyarakat. Jangan sampai juga pemuda nantinya ketika terjadi regenerasi atau dengan kata lain menjadi kaum tua barulah sibuk untuk belajar dan mempersiapkan diri misalnya belajar etika, belajar tata berbusana, belajar memimpin rapat, dan lain-lain yang seharusnya sudah muncul dalam diri individu..

Kedua, pemuda harus merevitalisasi perannya menjadi sosial kontrol, agen perubahan serta sumber gagasan ideal bagi bangsa ini. Hadirnya pemuda yang intelektual dan idealis diharapkan dapat menjadi penggerak lajunya perubahan sosial kearah yang lebih baik. Paling tidak pada saat ini dapat mengingatkan para pengambil kebijakan bahwa masih banyak ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi. Penyampaian gagasan-gagasan yang ideal tersebut menjadi kritik yang harus dinilai konstruktif dalam perbaikan bangsa ini kedepan.

Sebahagian masyarakat memang menilai peran tersebut identik dengan demonstrasi atau unjuk rasa. Akan tetapi ini hanyalah suatu hal yang perspektif dan merupakan salahsatu tindakan strategis. mungkin saja para wakil-wakil rakyat sekarang ini sedang sibuk jalan-jalan studi banding sehingga lupa rakyatnya, dan oleh karenanya suara rakyat harus disampaikan dengan turun kejalan atau demonstrasi. Begitupula pula para pengambil kebijakan negeri ini alpa dan mungkin tertidur sehingga harus dibangunkan dengan suara-suara yang keras dengan menggunakan mikropon. Dibalik semua itu hal yang paling perlu dilihat lebih jauh adalah masih adanya semangat pemuda-pemuda tersebut yang senantiasa gelisah melihat fenomena sosial yang terjadi di sekitarnya.

Semua juga perlu mengingatkan pemuda agar dalam melakukan kontrol sosial dalam bentuk demontstrasi agar dapat terkontrol dan terkawal dengan baik sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif di mata masyarakat umum. Oleh sebab itu strategi yang dilakukan selama ini juga perlu dilakukan evaluasi khususnya dalam mengkondisikan dengan era demokrasi sekarang ini. Salahsatu strategi misalnya adalah gerakan moral struktural. Pemuda harus melakukan pemanfaatan ruang – ruang struktur untuk melakukan desakan atau masukan terhadap sebuah kebijakan. Beberapa poin – poin dalam peraturan negara telah memberikan ruang – ruang untuk itu. Seperti pembentukan beberapa komisi Negara yang dapat dijadikan mitra untuk memperjuangkan hak – hak rakyat.

Oleh karena itu semangat sumpah pemuda harus kembali diaktualisasikan dalam menghadapi tatanan sosial bangsa ini yang semakin hari semakin rapuh. Pemuda harus kembali bersatu menyatukan tekad dalam satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa untuk kembali mengambil perannya sebagai pemuda yang intelek, idealis serta memiliki keberanian untuk bertindak dalam kebenaran. Perubahan sosial adalah sebuah keniscayaan dan sejarah membuktikan bahwa pemuda selalu ada menjadi kreator dan inspirator dalam setiap perubahan sosial tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar